TINJAUAN PUSTAKA
Kalus adalah masa sel yang tidak terorganisir, hasil
proliferasi sel-sel in vitro yang pada mulanya adalah sebagai respon terhadap
pelukaan (wounding). Pertumbuhan dan pembelahannya menjadi tidak terkendali
karena pengaruh nutrien dan zat pengatur tumbuh eksogen yang ditambahkan pada
medium kultur. Selain berasal dari luka bekas irisan, kalus juga bisa berasal
dari pembelahan sel-sel kambium yang terus membelah dan berproliferasi (Yusnita 2004 : 1).
Kultur nodus adalah kultur padabagian batang (tanaman yg agak
membengkok, tempat tumbuh daun dan tunas) penggambilan eksplan atau sumber
eksplan krisan berupa pucuk dan nodus berasal dari tanaman induk krisan di
rumah kaca perbenihan Balithi Segunung dan planlet di laboratorium kultur
jaringan Balithi Segunung. Pembuatan Media MS Media yang digunakan untuk
tanaman krisan di Balithi Segunung adalah media induksi tunas dan media
perbanyakan Anonim (2008 : 1).
Komposisi media yang digunakan untuk induksi tunas adalah½ MS
+ 0.5 IAA komposisi media yang digunakan untuk perbanyakan adalah½ MS + 0.1 IAA
Menyiapkan Eksplan Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan eksplan
merupakan factor penting penentu keberhasilan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan
dalam pemilihan sebagai bahan kultur adalah jenis tanaman, bagian tanaman yang
digunakan, morfologi permukaan, lingkungan tumbuhnya, kondisi tanaman, dan
musim waktu mengambilnya. Umumnya bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan
adalah jaringan muda yang sedang aktif karena mempunyai regenerasi yang tinggi (Hansa 2010 : 2).
Eksplan yang digunakan pada tanaman krisan adalah nodus
karena untuk menginduks tunas aksilar. Kultur Aseptik Krisan Sterilisasi
Sterilisasi merupakan kegiatan untuk menghilangkan kontaminan organisme yang
menempel di permukaan eksplan. Tujuan utama tahap ini adalah mengusahakan
kultur yang aseptik dan aksenik. Aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang
tidak diinginkan, sedangkan aseptic berarti bebas dari mikroorganisme (Nugroho 2000 : 2).
Pemilihan dan penyiapan tanaman induk sebelum melakukan
kultur jaringan untuk suatu tanaman kegiatan pertama harus dilakukan adalah
memilih tanaman induk yang hendak diperbanya. Seleksi untuk mendapatkan
klon-klon yang dikehendaki. Klon yang mempunyai sifat beda, unik, stabil dan
seragam kemudian dijadikan tanaman induk tunggal dan sebagai tanaman donor
(bahan eksplan) untuk perbanyakan secara in vitro. Planlet (tanaman) hasil dari
perbanyakan in vitro kemudian diaklimatisasi di rumah kaca. Setelah tanaman
beradaptasi dengan lingkungan rumah kaca kemudian diperbanyak untuk keperluan
tanaman induk yang akan menghasilkan tanaman produksi (Marlina 2009 : 1).
Pengerjaannya dilakukan dalam ruang laminar agar terhindar
dari kontaminan. Penanamannya dikelompokkan berdasarkan nomor ruas. Setiap
botol diisi 5 eksplan dan diulang empat kali. Botol kultur selanjutnya
diinkubasi dalam ruang pertumbuhan dengan pencahayaan 16 jam di bawah lampu
fluoresen 40 watt, suhu 24-26 oC, dan kelembapan 60-80% hingga eksplan tumbuh
menjadi planlet atau tanaman hasil kultur jaringan yang telah lengkap memiliki
bagian-bagian tanaman yang meliputi akar, batang, dan daun (Yusnita 2004 : 5).
Penanaman eksplan ke dalam botol kultur disebut dengan
inokulasi. Kegiatan ini dilakukan setelah eksplan disterilisasi, diawali dengan
memotong bagian permukaan eksplan. Selanjutnya eksplan berupa nodus ditanam
sebanyak dua buah dalam media ½ MS + IAA 0.5 mg/l, sedangkan eksplan berupa
pucuk tidak perlu ditanam, cukup diletakkan saja pada media yang sama sebanyak
3 buah. Sebelum ditutup dengan plastik wrap, plastik transparan, dan karet,
botol media yang telah ditanami terlebih dahulu dipanaskan di atas api bunsen.
Selanjutnya botol diberi label jenis tanaman dan tanggal penanaman. Eksplan
yang telah dikulturkan dibawa ke ruang inkubasi dan dibiarkan sampai tumbuh (Hansa 2010 : 3).
Metode perbanyakan tanaman secara dapat dilakukan melalui
tiga cara, yaitu melalui perbanyakan tunas dari mata tunas apikal, melalui
pembentukan tunas adventif, dan embriogenesis
somatik, baik secara
langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus. Ada beberapa tipe jaringan
yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan
kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi
dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi
yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas
aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium
batang. Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan parenkima, yaitu
jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan
menjalankan fungsinya. Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah
berfotosintesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan
makanan (Nugroho
2000 : 4).
Secara
umum dari hasil sebuah penelitian nodus pada suatu tanaman dapat dipengaruhi
oleh jenis media dan bagian eksplan nodus berpengaruh terhadap pertambahan
tinggi planlet dan jumlah tunas pada tanaman kultivar tersebut. Lima bagian nodus eksplan
mawar yang digunakan
seluruhnya memberikan respons positif pada parameter tinggi planlet dan jumlah tunas (Marlina
2009 : 3).
Media
kultur jaringan yang baik, selain dapat menyediakan semua keperluan tanaman
juga harus steril dari kontaminasi. Hal ini bertujuan agar dapat diperoleh
tanaman yang steril dari berbagai mikroorganisme penggangu. Dalam pembuatan
media diperlukan larutan stok yang akan memberikan kemudahan ketika kita
membuat sebuah media kultur jaringan. Hal ini sesuai dengan pendapat Luri (2009
: 9), yang mengatakan bahwa dengan adanya larutan stok, pembuatan media
selanjutnya dilakukan hanya dengan teknik pengenceran dan pencampuran saja. Jika
seluruh larutan stok yang dibutuhkan sudah dibuat, gula dan pemadat medianya
ditimbang sesuai kebutuhan, seteleh itu kita dapat meracik dan membuat media.
Formulasi media kultur jaringan pertama kali dibuat berdasarkan
komposisi larutan yang digunakan yaitu ada unsur makronutrien, mikronutrien,
vitamin, sukrosa, zat pengatur tumbuh dan yang lain. Hal ini sesuai
dengan pendapat Gunawan (1988 : 11), unsur-unsur hara
diberikan dalam bentuk garam-garam anorganik. Komposisi media dan perkembangan
formulasinya didasarkan pada jenis jaringan, organ dan tanaman yang digunakan
serta pendekatan dari masing-masing peneliti. Beberapa jenis sensitif terhadap
konsentrasi senyawa makro tinggi atau membutuhkan zat pengatur tertentu untuk
pertumbuhannya. Pada periode tahun 1930an, formulasi media terutama ditujukan
untuk menumbuhkan akar, tuber dan kambium. Media untuk penumbuhan akar yang
dikembangkan oleh White yaitu menggunakan media yang berisi garam anorganik,
yeast ekstrak dan sucrose, tetapi kemudian yeast ekstrak digantikan dengan 3
macam vitamin B, yaitu pyridoxine, thiamine dan nicotinic acid.
Senyawa-senyawa di dalam media MS dapat terjadi pengendapan
persenyawaan, ini terlihat jelas pada media cair. Hal ini sesuai pedapat Muslim
(2010 : 13), kebanyakan dari persenyawaan yang mengendap
adalah fosfat dan besi, kemudian dalam jumlah yang lebih sedikit adalah Ca, K,
N, Zn dan Mn. Senyawa paling sedikit adalah senyawa yang mengandung unsur C,
Mg, H, Si, Mo, S, Ca dan Co. Setelah tujuh hari dibiarkan, maka kira-kira 50%
dari Fe dan 13% dari PO4+, mengendap. Pengendapan unsur-unsur tersebut mungkin
tidak penting, karena unsur-unsur tersebut masih tersedia bagi jaringan tanaman
dan pengaruh pengendapannya belum diketahui.
Dalam pembuatan medium memiliki persyaratan tertentu yang dapat
menunjang keberhasilan dalam pembuatan media kultur jaringan, seperti pendapat Sany
(2007 : 3), Persyaratan pembuatan medium adalah laboratorium kultur
jaringan hendaknya jauh dari sumber polusi, dekat dengan sumber tenaga listrik
dan air. Untuk menghemat tenaga listrik, ada baiknya bila laboratorium kultur
jaringan ditempatkan di daerah tinggi, agar suhu ruangan tetap rendah. Selain
dari itu dalam pembuatan medium rungan harus steril agar tidak terjadi
kontaminasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar